Rasanya Menjadi Guru Kelas 1 SD
Konten [Tampil]
Kali ini aku mau menceritakan tentang my daily life selain nulis-nulis di blog atau main game random hehe. Nama ku Sri wahyuni, panggil saja Yuni. Aku adalah seorang guru honorer di sebuah Sekolah Dasar Negeri di kecamatan Gambut. Lebih tepatnya, guru kelas 1.
Awalnya sih menjadi guru honorer di sekolah negeri ini karena keinginan orangtua sih. Sebenarnya jiwa ku ini tidak suka terikat dengan aturan-aturan yang menyesakkan, yang harus bangun pagi, yang harus begini dan begitu. Mimpi ku malah ingin menjadi penulis freelancer, yang dimana aku bisa fleksibel mengatur diriku sendiri, bukan orang lain. Atau ingin menjadi journalist, dimana hidupku tidak berpaku pada satu tempat, tapi juga menjelajahi berbagai tempat yang berbeda.
Dengan kata lain, aku cepat bosan dengan hidup yang stagnan.
Tapi ya tapi, kujalani takdir yang ada ini. Kuliah di jurusan pendidikan yang bahkan tidak pernah terfikirkan sebelumnya. Bahkan, sekarang pun malah menjadi guru, disaat aku musuhan dengan matematika.
Lulus kuliah pun tidak langsung bekerja, tetapi bantu-bantu orang sambil ngadem di perpus sambilmenyedot wifi untuk download drama korea membaca-baca majalah yang membahas tentang masakan. Hingga akhirnya aku diterima bekerja di sebuah Sekolah Dasar Negeri di Banjarmasin, sebagai guru damping di kelas 2.
Banjarmasin??
Aku memang sering ke Banjarmasin saat mengurus skripsi, tapi tidak kebayang kalau rutinitas hidupku bakal bolak-balik martapura – Banjarmasin setiap hari. Dengan gaji 500k mana berani aku ambil kost kostan. Tapi ya itu, selama 4 bulan aku jalani seperti itu, dan baik-baik saja walau kadang kesulitan menghandle 34 siswa dalam satu kelas yang mentalnya kinestetik semua.
Cape? Jangan di Tanya lah. Yang sudah meninggal di dalam kubur cape menunggu kapan kiamat -_-
4 bulan berlalu, aku mendapatkan tawaran untuk mengajar di SDN daerah Gambut ini, sebagai guru kelas 1. Secara jarak tidak terlalu jauh dari martapura, dengan keberanian dan kegugupan (iya gugup, saat guru damping kewajiban tidak full, sedangkan guru kelas tentu menjadi tanggung jawab penuh) kuambilah tawaran itu. Dan sah lah sudah menjadi guru kelas 1 yang statusnya insya allah PNS bila beruntung :D
Menjadi guru kelas 1 tentu ada tantangannya tersendiri. Menurut aku, kita tidak bisa sepenuhnya mengaplikasikan kurikulum 2013 dalam pembelajaran, harus di mix dengan kurikulum 2007.
Kurikulum 2013 terkesan siap saji (siap saji dalam artian seluruh anak kelas 1 sudah bisa membaca dan menulis) . Kenyataannya adalah, siswa-siswi ku sendiri ada beberapa yang tidak “siap saji” , untuk itulah me mix kurikulum amat penting diperlukan ditambah dengan mengobrak abrik metode pembelajaran. Istilahnya kaya kita bikin nasi goreng tapi yang makan nasi goreng ini tidak terbiasa makan yang pedas, tentu harus disesuaikan lagi bumbunya. Begitu pun dengan pembelajaran. Hehe.
Positifnya, mengajar di kelas 1 ini lebih kaya latihan mengurus anak sendiri. Dimana mereka bukan hanya belajar semata, tapi lebih ke keseharian mereka sendiri. Ada yang tidak kuat menahan kebelet kebelakang, ada yang belum bisa membersihkan “kebelet” mereka sendiri (yaaa buang sana jijik nya jauh-jauh), ada yang belum bisa me lap air yang tumpah, sampai yang belum bisa memasang kancing baju mereka sendiri. Ditambah ada yang berkelahi atau yang menangis, aku sampai harus mencari referensi cara menenangkan anak yang menangis :D
Aku bersyukur bisa menjadi guru kelas 1, karena dari inilah aku belajar perlahan-lahan, belajar menjadi santun, dan tentunya belajar agar tidak menjadi pecicilan. Memang kadang menjadi guru kelas 1 ini masih mengerikan, tapi perlahan-lahan aku pasti bisa.
Ditambah, katanya kata orang guru kelas 1 itu loveable kan ^^
Awalnya sih menjadi guru honorer di sekolah negeri ini karena keinginan orangtua sih. Sebenarnya jiwa ku ini tidak suka terikat dengan aturan-aturan yang menyesakkan, yang harus bangun pagi, yang harus begini dan begitu. Mimpi ku malah ingin menjadi penulis freelancer, yang dimana aku bisa fleksibel mengatur diriku sendiri, bukan orang lain. Atau ingin menjadi journalist, dimana hidupku tidak berpaku pada satu tempat, tapi juga menjelajahi berbagai tempat yang berbeda.
Dengan kata lain, aku cepat bosan dengan hidup yang stagnan.
Tapi ya tapi, kujalani takdir yang ada ini. Kuliah di jurusan pendidikan yang bahkan tidak pernah terfikirkan sebelumnya. Bahkan, sekarang pun malah menjadi guru, disaat aku musuhan dengan matematika.
Lulus kuliah pun tidak langsung bekerja, tetapi bantu-bantu orang sambil ngadem di perpus sambil
Banjarmasin??
Aku memang sering ke Banjarmasin saat mengurus skripsi, tapi tidak kebayang kalau rutinitas hidupku bakal bolak-balik martapura – Banjarmasin setiap hari. Dengan gaji 500k mana berani aku ambil kost kostan. Tapi ya itu, selama 4 bulan aku jalani seperti itu, dan baik-baik saja walau kadang kesulitan menghandle 34 siswa dalam satu kelas yang mentalnya kinestetik semua.
Cape? Jangan di Tanya lah. Yang sudah meninggal di dalam kubur cape menunggu kapan kiamat -_-
4 bulan berlalu, aku mendapatkan tawaran untuk mengajar di SDN daerah Gambut ini, sebagai guru kelas 1. Secara jarak tidak terlalu jauh dari martapura, dengan keberanian dan kegugupan (iya gugup, saat guru damping kewajiban tidak full, sedangkan guru kelas tentu menjadi tanggung jawab penuh) kuambilah tawaran itu. Dan sah lah sudah menjadi guru kelas 1 yang statusnya insya allah PNS bila beruntung :D
Menjadi guru kelas 1 tentu ada tantangannya tersendiri. Menurut aku, kita tidak bisa sepenuhnya mengaplikasikan kurikulum 2013 dalam pembelajaran, harus di mix dengan kurikulum 2007.
Kurikulum 2013 terkesan siap saji (siap saji dalam artian seluruh anak kelas 1 sudah bisa membaca dan menulis) . Kenyataannya adalah, siswa-siswi ku sendiri ada beberapa yang tidak “siap saji” , untuk itulah me mix kurikulum amat penting diperlukan ditambah dengan mengobrak abrik metode pembelajaran. Istilahnya kaya kita bikin nasi goreng tapi yang makan nasi goreng ini tidak terbiasa makan yang pedas, tentu harus disesuaikan lagi bumbunya. Begitu pun dengan pembelajaran. Hehe.
Positifnya, mengajar di kelas 1 ini lebih kaya latihan mengurus anak sendiri. Dimana mereka bukan hanya belajar semata, tapi lebih ke keseharian mereka sendiri. Ada yang tidak kuat menahan kebelet kebelakang, ada yang belum bisa membersihkan “kebelet” mereka sendiri (yaaa buang sana jijik nya jauh-jauh), ada yang belum bisa me lap air yang tumpah, sampai yang belum bisa memasang kancing baju mereka sendiri. Ditambah ada yang berkelahi atau yang menangis, aku sampai harus mencari referensi cara menenangkan anak yang menangis :D
Aku bersyukur bisa menjadi guru kelas 1, karena dari inilah aku belajar perlahan-lahan, belajar menjadi santun, dan tentunya belajar agar tidak menjadi pecicilan. Memang kadang menjadi guru kelas 1 ini masih mengerikan, tapi perlahan-lahan aku pasti bisa.
Ditambah, katanya kata orang guru kelas 1 itu loveable kan ^^
Post a Comment for "Rasanya Menjadi Guru Kelas 1 SD"
Salam perkenalan